Selasa, 05 Juli 2011

mutiara hikmah

“Banyak bersikap diam adalah keindahan yang menghiasi orang yang berakal dan rahasia yang menutup-nutupi orang bodoh” (Ulama)“Pelajarilah Bahasa Arab, karena itu adalah bagian penting dari agama kalian” (‘Umar Bin Khattab)Semulia mulia manusia ialah :Orang yang merendahkan diri ketika punya kekuasaan, memberi maaf ketika punya daya membalas, dan bersikap adil ketika kuat(Khalifah Abdul Malik bin Marwan) “Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, lalu hilanglah seluruh dirimu (baca: mati) sedangkan engkau mengetahuinya. Oleh karena itu, beramallah.” 
  • Maka orang ‘alim itu berkata: “Apakah engkau senang menjadi buta dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”, 
  • dia menjawab: “Tidak”. 
  • Orang ‘alim itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi bisu dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”,
  • dia menjawab: “Tidak”. 
  • Orang ‘alim itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi orang yang tidak punya kedua tangan dan kedua kaki dengan mendapatkan 20 ribu dirham?”, 
  • dia menjawab: “Tidak”. 
  • Orang ‘alim itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi orang gila dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”, 
  • dia menjawab: “Tidak”. 
  • Orang ‘alim itu berkata: “Apakah engkau tidak malu mengadukan Tuanmu (Allah subhanahu wa ta'ala ) sedangkan Dia memiliki harta 50 ribu dinar padamu”.
     
Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dgn amalan, tidak ad kebaikan bagi harta kecuali dgn kedermawanan,tidak ada kebaikan bagi kawan kecuali dgn kesetiaanal Ahnaf bin al Qois

‘Umar bin Abdul ‘Aziz Radhiallahu ‘anhu berkata:
“Barangsiapa beranggapan perkataannya merupakan bagian dari perbuatannya (niscaya)
menjadi sedikit perkataannya, kecuali dalam perkara yang bermanfaat baginya.”


‘Umar bin Qais Al-Mula’i Radhiallahu ‘anhu berkata:
Seseorang melewati Luqman (Al-Hakim) di saat manusia berkerumun di sisinya. 
Orang tersebut berkata kepada Luqman: “Bukankah engkau dahulu budak bani Fulan?” 
Luqman menjawab: “Benar.”
Orang itu berkata lagi, “Engkau yang dulu menggembala (ternak) di sekitar gunung ini dan itu?” 
Luqman menjawab: “Benar.” 
Orang itu bertanya lagi: “Lalu apa yang menyebabkanmu meraih kedudukan sebagaimana yang aku lihat ini?” 
Luqman menjawab: “Selalu jujur dalam berucap dan banyak berdiam 
dari perkara-perkara yang tiada berfaedah bagi diriku.”


Abu ‘Ubaidah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri Radhiallahu ‘anhu bahwasanya beliau berkata:

“Termasuk tanda-tanda berpalingnya Allah dari seorang hamba adalah Allah

menjadikan kesibukannya dalam perkara-perkara yang tidak berguna bagi dirinya.”



Sahl At-Tusturi Rahimahullahu berkata:
“Barangsiapa (suka) berbicara mengenai permasalahan yang tidak ada manfaatnya niscaya
diharamkan baginya kejujuran.”


Ma’ruf Rahimahullahu berkata: 

“Pembicaraan seorang hamba tentang masalah-masalah yang tidak
ada faedahnya merupakan kehinaan dari Allah (untuknya).”


(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam 1/290-294)





Perutmu kenyang tetapi kau biarkan tetanggamu kelaparan ,jangan kau mengaku pengikut Nabi Muhammad SAW ,karena kau tak punya bukti
(Syaikh Abdul Qodir al Jailani)


Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah hina,
Membalas kejahatan dengan kejahatan adalah dendam,
Membalas kebaikan dengan kebaikan adalah biasa,
Membalas kejahatan dengan kebaikan adalah MULIA
(Unknown)

Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Rabi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri,
إنما أنت أيام معدودة، فإذا ذهب يوم ذهب بعضك، ويوشك إذا ذهب البعض أن يذهب الكل وأنت تعلم، فاعمل.
(Shifatush Shafwah, 1/405, Asy Syamilah)

Imam Ibnu Hibban rahimahullah berpetuah,
"Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu; adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Sering kali seseorang menyesal di kemudian hari akibat perkataan yang ia ucapkan, sementara diamnya dia tidak akan pernah membawa penyesalan. (Perlu diketahui pula) bahwa menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah daripada mencabut perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Karena biasanya jika seseorang tengah berbicara, maka kata-katanyalah yang akan menguasai dirinya, sebaliknya jika tidak berbicara, maka ia mampu untuk mengontrol kata-katanya." 
(Raudhah al-’Uqala wa Nuzhah al-Fudhala, halaman: 45)



Nikmat Yang Terlupakan
Diriwayatkan bahwa seseorang mengadukan kemiskinannya dan menampakkan kesusahannya kepada seorang ‘alim.
 (Mukhtashar Minhajul Qashidin, halaman: 366)

Sedikit Dalam Berkata
‘Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullahu berkata: “Barangsiapa beranggapan perkataannya merupakan bagian dari perbuatannya (niscaya) menjadi sedikit perkataannya, kecuali dalam perkara yang bermanfaat baginya.” 
[Jami’ul ‘Ulum wal Hikam 1/290-294]

Celaka Engkau Wahai Lidah!
Diriwayatkan, bahwasanya Ibnu Buraidah berkata: "Aku melihat Ibnu 'Abbas memegangi lidahnya sambil berkata, 'Celaka engkau, katakanlah kebaikan, engkau mendapatkan keberuntungan. Diamlah dari keburukan, niscaya engkau selamat. Jika tidak, ketahuilah bahwa engkau akan menyesal'."
[Âfâtul-Lisân fî Dhau`il Kitab was-Sunnah, halaman 161].


 Orang Paling Wara' Di Zaman Kami
Bakr bin Abdullah berkata: "Siapa yang suka melihat seseorang yang paling alim yang kami temui pada zaman kami hendaklah melihat kepada al-Hasan al-Bashri. Tidak kami dapati orang yang lebih alim darinya. Siapa yang senang melihat orang yang paling wara yang kami dapati di zaman kami, maka hendaklah melihat Ibnu Sirin. Dia sungguh meninggalkan perkara halal karena khawatir terjerumus pada dosa."
Muwarriq berkata:
"Aku tidak melihat orang yang lebih faham dalam ke-wara-annya atau lebih wara dalam kefahamannya daripada Muhammad bin Sirin." [Al-Wara oleh al-Marwazi halaman 69].
Hisyaam bin Hassan berkata:
"Tidak aku dapati orang yang lebih wara daripada Muhammad bin Sirin."
Syu'bah berkata: "Ibnu Hubairah memberi Muhammad bin Sirin tiga pemberian, tetapi dia menolak menerimanya. Khalid bin Abi as-Shalat berkata: "Aku berkata kepada Muhammad bin Sirin: "Apa yang mencegahmu menerima pemberian Ibnu Hubairah?" "Wahai hamba Allah, dia memberiku karena menduga aku baik. Jika aku seperti apa yang dia duga, maka aku tidak pantas menerimanya, sedangkan jika aku tidak seperti apa yang dia duga, maka aku tidak layak menerimanya."
Hisyaam bin Hassan berkata: "(Ketika wafat) Muhammad bin Siiriin meninggalkan 40.000 dirham yang bagi orang pada saat itu terhitung banyak.
[Al-Wara oleh Ibnu Abi ad-Dunya no.180,203,204,210,211].





 amalan hati, seperti tawakkal, takut, berharap (kepada Alloh) serta sabar dan sejenisnya, adalah amalan wajib menurut kesepakatan para 'Ulama. (Ibnu Taimiyah)


Perjalanan Menuju Akhirat

Perjalanan Menuju Akhirat
  • Imam Fudhail bin ‘Iyaadh pernah menasehati seseorang lelaki, beliau berkata: “Berapa tahun usiamu (sekarang)?” 
  • Lelaki itu menjawab: Enam puluh tahun. 
  • Fudhail berkata: “(Berarti) sejak enam puluh tahun (yang lalu) kamu menempuh perjalanan menuju Allah dan (mungkin saja) kamu hampir sampai.” 
  • Lelaki itu menjawab: "Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya."
  • Maka Fudhail berkata: “Apakah kamu paham arti ucapanmu? Kamu berkata: Aku (hamba) milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, barangsiapa yang menyadari bahwa dia adalah hamba milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya pada hari kiamat nanti), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya) maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya selama di dunia), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya) maka hendaknya dia mempersiapkan jawabannya.” 
  • Maka lelaki itu bertanya: (Kalau demikian) bagaimana caranya (untuk menyelamatkan diri ketika itu)? 
  • Fudhail menjawab: “(Caranya) mudah.” 
  • Lelaki itu bertanya lagi: "Apa itu?" 
  • Fudhail berkata: “Engkau memperbaiki (diri) pada sisa umurmu (yang masih ada), maka Allah akan mengampuni (perbuatan dosamu) di masa lalu, karena jika kamu (tetap) berbuat buruk pada sisa umurmu (yang masih ada), kamu akan disiksa (pada hari kiamat) karena (perbuatan dosamu) di masa lalu dan pada sisa umurmu.”   
(Dinukil oleh Imam Ibnu Rajab dalam kitab Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam, halaman 464)

do'a ziarah kubur

DOA ZIARAH KUBUR

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ (وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ) وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ، أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ

“Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam, (semoga Allah l merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan). Kami insya Allah akan bergabung bersama kalian, saya meminta keselamatan untuk kami dan kalian.” (HR. Muslim 2/671 dan Ibnu Majah 2/494)
Last Updated on Thursday, 05 May 2011 10:09