Jumat, 30 Maret 2012

Kenaikan Harga BBM, Antara Kecaman dan Dukungan

dalil - dalil Larangan Demontrasi
Posted on  by Abu Mushlih


 Sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu“Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, akan tetapi dia tidak mendapatkannya.” Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Sudah seharusnya cara anda beramar ma’ruf adalah dengan cara yang ma’ruf, demikian pula cara anda dalam melarang kemungkaran bukan berupa kemungkaran.” (lihat al-Amru bil Ma’ruf wa an-Nahyu ‘anil Munkar, hal. 24)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa yang menaatiku maka dia telah taat kepada Allah. Dan barangsiapa yang mendurhakaiku maka dia telah durhaka kepada Allah. Barangsiapa yang menaati amirku maka dia telah menaatiku. Dan barangsiapa yang mendurhakai amirku maka dia telah durhaka kepadaku.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Ahkam)
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Di dalam hadits ini terkandung kewajiban untuk taat kepada para penguasa -kaum muslimin- selama itu bukan perintah untuk bermaksiat sebagaimana sudah diterangkan di depan di awal Kitab al-Fitan. Hikmah yang tersimpan dalam perintah untuk taat kepada mereka adalah untuk memelihara kesatuan kalimat (stabilitas masyarakat, pent) karena terjadinya perpecahan akan menimbulkan kerusakan.” (Fath al-Bari [13/131] cet. Dar al-Hadits)
Dari ‘Iyadh bin bin Ghunm radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Barangsiapa yang ingin menasehati penguasa maka janganlah dia menampak hal itu secara terang-terangan/di muka umum, akan tetapi hendaknya dia memegang tangannya seraya menyendiri bersamanya -lalu menasehatinya secara sembunyi-. Apabila dia menerima nasehatnya maka itulah -yang diharapkan-, dan apabila dia tidak mau maka sesungguhnya dia telah menunaikan kewajiban dirinya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi ‘Ashim dengan sanad sahih, lihat al-Ma’lum Min Wajib al-’Alaqah baina al-Hakim wa al-Mahkum, hal. 23)
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Wajib atas setiap individu muslim untuk selalu mendengar dan patuh -kepada penguasa- dalam apa yang dia sukai ataupun yang tidak disukainya, kecuali apabila dia diperintahkan untuk melakukan maksiat. Apabila dia diperintahkan untuk melakukan maksiat maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh patuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Tamim bin Aus ad-Dari radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Agama ini adalah nasehat.” Beliau mengucapkannya tiga kali. Maka kami bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Untuk mengikhlaskan ibadah kepada Allah ‘azza wa jalla, beriman kepada Kitab-Nya, taat kepada Rasul-Nya, memberikan nasehat kepada para pemimpin kaum muslimin serta nasehat bagi orang-orang biasa (rakyat) diantara mereka.” (HR. Muslim)
Imam Ibnu ash-Sholah rahimahullah berkata, “Nasehat bagi para pemimpin kaum muslimin adalah dengan membantu mereka dalam kebenaran, mentaati mereka di dalamnya, mengingatkan mereka terhadap kebenaran, memberikan peringatan kepada mereka dengan lembut, menjauhi pemberontakan kepada mereka, mendoakan taufik bagi mereka, dan mendorong orang lain (masyarakat) untuk juga bersikap demikian.”(lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 103)
Imam an-Nawawi rahimahullah menerangkan, “Nasehat bagi para pemimpin kaum muslimin adalah dengan membantu mereka dalam kebenaran, mentaati mereka di dalamnya, memerintahkan mereka untuk menjalankan kebenaran, memberikan peringatan dan nasehat kepada mereka dengan lemah lembut dan halus, memberitahukan kepada mereka hal-hal yang mereka lalaikan, menyampaikan kepada mereka hak-hak kaum muslimin yang belum tersampaikan kepada mereka, tidak memberontak kepada mereka, dan menyatukan hati umat manusia (rakyat) supaya tetap mematuhi mereka.” (lihat Syarh Muslim lil Imam an-Nawawi [2/117], lihat juga penjelasan serupa oleh Imam Ibnu Daqiq al-’Ied rahimahullah dalam Syarh al-Arba’in, hal. 33-34)
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma pernah ditanya bagaimana cara beramar ma’ruf dan nahi mungkar kepada penguasa, maka beliau menjawab, “Apabila kamu memang mampu melakukannya,  cukuplah antara kamu dengan dia saja.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 105)
Dari Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah, dia berkata: Ada orang yang bertanya kepada Usamahradhiyallahu’anhu“Mengapa kamu tidak bertemu dengan ‘Utsman untuk berbicara (memberikan nasehat) kepadanya?”. Maka beliau menjawab, “Apakah menurut kalian aku tidak berbicara kepadanya kecuali harus aku perdengarkan kepada kalian? Demi Allah! Sungguh aku telah berbicara empat mata antara aku dan dia saja. Karena aku tidak ingin menjadi orang pertama yang membuka pintu timbulnya masalah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Inilah kiranya mungkin apa yang bisa kami sampaikan di sini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi segenap kaum muslimin di negeri ini. Kalaulah kami dituduh sebagai penjilat penguasa, maka para ulama semacam Ibnu Hajar, Ibnu ash-Sholah, an-Nawawi, Ibnu Daqiq al-’Ied, Ibnu Abbas dan Usamah bin Zaid radhiyallahu’anhum pun tak akan lepas dari tuduhan mereka! Allahul musta’aan. Kepada Allah semata, kami memohon pertolongan…

Pembeli Kambing Qurban


Belajar dari pembeli kambing qurban
repost from seorang penjual hewan kurban. 

Setelah melayani pembeli, saya melihat seorang ibu sdg memperhatikan dagangan kami. 
Dilihat dari penampilannya sepertinya dia tdk akan beli. 
Namun saya coba hampiri dan menawarkan. "Silahkan bu.." 
"Kalau yg itu berapa bang?" Ibu itu menunjuk hewan yg paling murah. 

"Kalau yg itu harganya 600rb bu", jawab saya. 
"Harga pasnya berapa?" 
"500rb deh. harga segitu untung saya kecil bu, tapi biarlah.." 
"Uang saya Cuma ada 450rb, boleh gak?". 
Waduh..saya bingung, karena itu harga modal kami, akhirnya saya berembug. "Biarlah.." kata saya. 

Saya pun mengantar hewan ibu. 
Ketika sampai di rumah ibu tersebut, saya terkejut..!. 
"Astaghfirullaah.. Allahu Akbar..!" 
Terasa mengigil seluruh badan saya ketika melihat keadaan rumah ibu tersebut. 

Ibu itu hanya tinggal bertiga dgn ibu dan satu orang anaknya di rumah gubuk berlantai tanah. 
Saya tidak melihat tempat tidur/ kasur, yang ada hanya dipan kayu beralas tikar lusuh. 
Diatas dipan, sdg tertidur seorang nenek tua kurus. 
"Mak..bangun mak, nih liat Sumi bawa apa..." 
Perempuan tua itu terbangun. 
"Mak Sumi udah beliin kambing buat emak qurban, ntar kita bawa ke Masjid ya mak..." 

Orang tua itu kaget namun terlihat sorot bahagia di matanya. 
Sambil mengelus-elus kambing, orang tua itu berucap, "Alhamdulillah... akhirnya kesampaian juga emak berqurban..." 
"Nih bang duitnya, maaf ya kalau saya nawarnya ke murahan, saya hanya kuli cuci, saya sengaja kumpulkan uang untuk beli kambing yg mau saya niatkan buat qurban ibu saya..."

Duh GUSTI... Ampuni dosa hamba... Hamba malu berhadapan dengan hambaMU yg satu ini. HambaMU yg Miskin Harta tapi dia kaya Iman. Seperti bergetar bumi ini setelah mendengar kalimat dari ibu ini. 
"Bang nih ongkos bajajnya.!" panggil si Ibu. 
"Sudah bu, biar ongkos bajaj saya yg bayar." 

Saya buru2 pergi sblm ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah krn tak sanggup mendapat teguran dari Allah swt 

*dr bbm seorang sahabat

Senin, 12 Maret 2012

::: KETIKA SALING BERBANGGA DENGAN HARTA ... :::


::: KETIKA SALING BERBANGGA DENGAN HARTA ... :::

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ,
Sahabat yang dimuliakan Allah ..

Marilah kita renungkan bunyi QS At Takatsur dibawah ini :
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ {1
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, 
حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ {2
sampai kamu masuk ke dalam kubur. 
كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُونَ {3
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu)
ثُمَّ كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُونَ {4
dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. 
 كَلاَّ لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ {5
Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, 
 لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ {6
niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, 
ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ{7
dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin. 
ثُمَّ لَتُسْئَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ {8
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
(QS. At Takatsur: 1-8)


Ibnu Katsir berkata
“Kecintaan terhadap dunia, kenikmatan dan perhiasannya telah melalaikan kalian dari mencari akhirat. Hal itu pun berlanjut dan baru berhenti ketika datang maut dan ketika berada di alam kubur saat kalian menjadi penghuni alam tersebut.” 
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 442)

Harta dan Kebanggaan akan Sirna
---------------------------------------

Dari Qotadah, dari Muthorrif, dari ayahnya, ia berkata, 
“Aku pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat “أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ” (sungguh berbangga-bangga telah melalaikan kalian dari ketaatan), lantas beliau bersabda,"Manusia berkata, “Hartaku-hartaku.” Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta? Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja? Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja?” 
(HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.” 

(HR. Muslim)

Dari Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Yang akan mengiringi mayit (hingga ke kubur) ada tiga. Yang dua akan kembali, sedangkan yang satu akan menemaninya. Yang mengiringinya tadi adalah keluarga, harta dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali. Sedangkan yang tetap menemani hanyalah amalnya.” 
(HR. Bukhari - Muslim )

Al Hafizh Ibnu ‘Asakir , bahwasanya beliau melihat dirham di genggaman tangan seseorang. Lantas Al Ahnaf bertanya, “Dirham ini milik siapa?” “Milik saya”, jawabnya. Al Ahnaf berkata, “Harta tersebut jadi milikmu jika engkau menginfakkannya untuk mengharap pahala atau dalam rangka bersyukur.” Kemudian Al Ahnaf berkata seperti perkataan penyair,
Engkau akan menjadi budak harta jika engkau menahan harta tersebut,.. Namun jika engkau menginfakkannya, harta tersebut barulah jadi milikmu.


Kenapa dikatakan harta yang disedekahkan atau disalurkan sebagai nafkah itulah yang jadi milik kita? Jawabnya, karena harta seperti inilah yang akan kita nikmati sebagai pahala di akhirat kelak. Sedangkan harta yang kita gunakan selain tujuan itu, hanyalah akan sirna dan tidak bermanfaat di akhirat kelak.

Sekali-kali Pandanglah Orang di Bawah kita 
-------------------------------------------------


Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,

“Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, (di 
antaranya): (1) Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkanku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. ...” 
(HR. Ahmad)

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” 

(HR. Muslim)

Harta hanyalah titipan .. Mengapa kita mesti berbangga-bangga, sedangkan harta yang kekal milik kita kelak sesungguhnya adalah jika digunakan dalam kebaikan.
Seharusnya yang kita banggakan adalah bagaimana keimanan kita, bagaimana ketakwaan kita di sisi Allah, bagaimana kita bisa amanat dalam menggunakan harta titipan ilahi.

Allah Ta'ala berfirman : 
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7). 

“Adapun orang-orang yang beriman dan beramal sholih di antara kalian, lalu mereka menginfakkan harta mereka di jalan Allah, bagi mereka balasan yang besar yaitu SURGA.” 

Berlomba-lombalah dalam Kebaikan dan Takwa 
------------------------------------------------------

Allah Ta'ala pun menjanjikan derajat tinggi di surga , bagi mereka yang senang dan ikhlas mendermakan harta mereka untuk kemaslahatan umat ( membangun prasarana tempat ibadah, prasarana umum, mencintai anak yatim dan fakir miskin ) semata-mata karena kecintaan kepada Allah Ta'ala .

“Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Sesungguhnya kepada Allah-lah tempat kalian semua kembali.” (QS. Al Ma’idah: 48)

Al Hasan Al Bashri mengatakan,
“Apabila engkau melihat seseorang mengunggulimu dalam masalah dunia, maka unggulilah dalam masalah akhirat.”

karena sesungguhnya bagian mereka adalah untuk dunia (orang-orang kafir disegerakan kebaikannya di dunia saja, dan di akhirat tidak tersisa), sedangkan untukmu (orang-orang muslim) adalah di akhirat ( Allah akan berikan nikmat rezeki di dunia dan disempurnakan nikmat Allah kelak di akhirat bagi yang beriman)

Menuntut ilmu, Mencari rezeki dan karunia Allah adalah diwajibkan bagi seluruh muslim , karena Muslim yang kuat lebih Allah sukai daripada yang lemah. 

Maka , bila sesungguhnya dunia hanyalah persinggahan sementara dalam mencari bekal .. berlomba-lombalah menjadikan nikmat-nikmat Allah ... agar sampai pada Ridha dan Cinta Allah Azza Wa Jalla ...

Ya Allah, jauhkanlah kami dari sifat sombong dan membanggakan diri dalam hal harta dan dunia. Karuniakanlah pada kami sifat Tawadhu' (rendah hati) dan qona’ah, selalu merasa berkecukupan.
Sesungguhnya Engkau Maha Pemelihara bagi kami di dunia dan di akhirat . Aamiin ya Robbal alamin.

Wallahu a'lam bishawab,
Barakallahufikum,

**Salam santun ukhuwah , Semangat & Keep Istiqomah ***

Beranda Kita www.facebook.com