Selasa, 05 Maret 2013

Gereja Qalis (kisah lain dibalik serangan tentara bergajah Abrahah)


Majalah Qiblati
GEREJA QALIS
Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi

Al-Qur`an mengisahkan kepada kita, begitu juga lembar sejarah telah mengabadikan untuk kita sebuah kisah besar yang terjadi pada Tahun Gajah. Ini adalah kisah pasukan gajah dan geraja Al-Qalis, yang sekarang ini dikenal dengan nama Ghurfatu Al-Qalis.

Sudah dimaklumi bahwa Makkah adalah rumah (ibadah) pertama di bangun di bumi, tempat kepadanya manusia melaksanakan haji dari segenap penjuru dunia, setiap tahunnya disapu dan dibersihkan, dan yang pertama kali menyapu dan membersihkan baitullah Al-Haram dalam sejarah adalah seorang raja Yaman (Taban As’ad). 

Orang ini beragama nashrani dan sangat membenci orang Yahudi, setiap kali berniat hijrah dari Makkah ke Madinah untuk memerangi penduduknya, ia bermimpi bahwa ia menutupi (menyelimuti) Ka’bah dengan kain (kiswah), dan benar! Ia benar-benar melakukan hal itu. Mimpi ini berulang-ulang dan bahkan sering, sehingga setiap kali terbangun, ia segera menyelimuti Ka’bah, ia meletakkan kain (kiswah) pertama di atas yang kedua hingga masa Abdul Muthalib, kakek Rasulullah. 

Bangsa Arab melihat bahwa Ka’bah akan runtuh karena banyaknya kain penutupnya, maka Abdul Muthalib memerintahkan agar Ka’bah ditutupi sekali dalam setahun. 
Raja Taban As’ad mengadakan perjanjian damai (gencatan senjata) dengan Yahudi, dan ini berlangsung hingga ia mangkat. Berikutnya yang menggantikannya adalah putra mahkotanya, Dzu Nawas bin Taban. 

Raja baru ini beragama Yahudi berbeda dengan ayahnya, dan ia sangat membenci orang-orang nashrani. Dialah yang membakar orang-orang nashrani pada peristiwa Ashabul Uhdud yang sangat masyhur. Tidak ada yang selamat dari pembunuhan masal ini kecuali satu orang yang kemudian melarikan diri dari Raja Dzun Nawas bin Taban untuk meminta perlindungan kepada Kaisar Romawi, karena Kaisar ini adalah orang nashrani yang membenci Yahudi. 

Ia menceritakan kepada Kaisar apa yang dilakukan oleh Dzu Nawas, ia juga menerangkan apa yang terjadi dengan pemuda nashrani yang ingin dibunuh Dzu Nawas, raja Dzu Nawas tidak mampu membunuhnya kecuali setelah anak muda itu mengatakan, “bacalah Dengan nama Allah, Rabb anak muda ini, lalu lepaskanlah anak panah! Setelah itu Dzu Nawas melakukan apa yang dikatakan oleh anak muda. Ia menarik anak panah di busurnya kuat-kuat, kemudian membaca “dengan nama Allah, Rabb anak muda ini” kemudian ia lepaskan panah hingga menancap di pelipis anak muda itu hingga meninggal dunia. 

Setelah peristiwa ini, ada 20 ribu orang masuk Kristen dari penduduk Yaman, tentu saja hal ini membuat Dzu Nawas murka, lalu membakar mereka semua dalam parit besar.
Setelah Kaisar Romawi mendengar kisah ini, ia marah sekali, tetapi karena letak negerinya dengan Yaman sangat jauh, maka ia memerintahkan orang tersebut untuk pergi kepada raja Najasyi (Habasyah, Etiopia) yang beragama Nashrani dan mengadukan apa yang terjadi pada orang-orang Nashrani di negerinya, mengingat Habasyah dekat dengan Yaman. 

Benar saja, orang itu pergi ke Habasyah dan membeberkan kisah, bukan main marahnya Najasyi, maka ia memerintahkan untuk menyiapkan pasukan besar dan kuat. Pasukan ini memiliki dua panglima, pertama bernama Aryadh, dan yang kedua Abrahah. Pasukan besar inipun berangkat menuju Yaman untuk perang, kemudian terjadilah pertempuran hebat yang akhirnya dimenangkan oleh tentara Najasyi. Untuk beberapa lama pasukan ini menduduki Yaman, bisa dikatakan menjajah, dan otomatis yang menjadi raja adalah Aryadh, karena ia merupakan panglima utama pasukan yang dikirim Najasyi, sejak saat itu, Yaman resmi menjadi daerah jajahan yang tunduk di bawah pemerintahan Najasyi.

Penguasa baru Yaman, panglima Aryad melakukan tindakan kejam, ia adalah penguasa yang sangat zalim dan kasar perangainya. Sehingga pasukan Abrahah berbalik menyerangnya setelah berhasil menghimpun banyak pihak yang menentang kekuasaan Aryadh dan gayanya yang kasar. 

Pertempuran dua tentara Habasyah ini terjadi dengan sengit, hingga Aryadh memukul Abrahah dengan pukulan keras yang mengenai hidungnya sehingga memotong sepaoh hidungnya, karena itulah dijuluki Abrahah Al-Asyram, setelah berkecamuk perang dan menghebat, Abrahah berhasil membunuh Aryadh, dan akhirnya ia yang menjadi penguasa tunggal di Yaman. 

Raja Najasyi mendengar apa yang terjadi di Yaman, serta hasil perang saudara yang membawa kematian Aryadh, maka Najasyi bersumpah akan menggilas Abrahah dan menggunduli rambutnya, sebagai penghinaan atas apa yang ia lakukan.
Tidaklah Abrahah mendengar sumpah serapah Najasyi, melainkan ia merasa ketakutan, maka ia sendiri yang menggunduli rambutnya kemudian mengambil sebagian tanah (debu) dari Yaman, lalu mengirimkannya ke Najasyi seraya memohon ampunan dan mengatakan, "Ini debu Yaman, injaklah dan ini rambutku yang telah aku gunduli untuk anda!" maka Najasyi pun memaafkannya. 

Abrahah mencari jalan untuk menyenangkan hati Najasyi dan menampakkan loyalitas dan ketaatannya, ia kemudian berpikir untuk membangun gereja besar, dan benarlah, ia mulai membangun gereja terbesar pada masa itu. 

Gereja itu dinamai al-Qalis, dengan spesifikasi, tinggi bangunan 60 hasta, dilengkapi dengan tangga marmer dengan pagar tinggi antara gereja dengan halamannya yang diperkirakan 200 hasta dari segala sisinya. Adapun batu-batu yang digunakan, berbentuk segitiga satu masa lain saling terkait, dilengkapi warna hijau, putih dan kuning. Sementara pintu masuk ke dalam bangunan gereja panjangnya 80 hasta yang dilapisi dengan kain tenun emas berhiaskan perak. 

Dalam gereja tersebut terdapat papan-papan besar terbuat dari marmer berbentuk segi empat, benar-benar bangunan yang megah dan besar. Abrahah meminta bantuan raja-raja Eropa semuanya untuk membangun gereja ini, dan benar saja, mereka semua membantu dengan para insinyur serta bantuan dana hingga bangunan siap.

Setelah bangunan rampung, Abrahah mengirimkan kabar kepada raja Najasyi mengatakan, "Saya telah membangun untuk paduka sebuah gereja yang belum didirikan untuk raja manapun sebelum paduka, dan saya belum puas hingga memindahkan hajinya bangsa Arab ke gereja ini."

Pada waktu peresmian gereja, Abrahah mengadakan pesta besar dengan mengundang semua raja-raja Eropa yang membantunya dalam membangun gereja tersebut, mengingat gereja ini adalah satu-satunya gereja di timur tengah dan semenanjung Arabia pada saat itu. 

Ia memerintahkan agar manusia pergi haji ke al-Qalis sebagai ganti Ka'bah, hingga kabar ini terdengar oleh seseorang yang sangat mengagungkan Ka'bah, maka ia segera pergi ke Yaman kemudian buang hajat (air besar) di dalam bangunan megah tersebut, dan mengotori dindingnya.

Ketika Abrahah melihat apa yang terjadi dalam gerejanya, maka ia bersumpah dengan sumpah serapah bahwa ia akan menghancurkan Ka'bah orang yang telah mengotori gerejanya dan juga bangsa Arab, ia mendatangkan gajah besar yang konon beratnya mencapai 3.600 kg, empat kali lipat berat gajah normal. Dikatakan bahwa jumlah gajah ada 13 ekor yang dipimpin oleh gajah besar di atas, sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab tafsir. Pasukan besar bergerak merangsak menuju Makkah, hendak menghancurkan Ka'bah dan menetapkan bahwa al-Qalis akan menjadi Ka'bahnya bangsa Arab di Yaman.

Dan membawa bebatuan Ka'bah karena merupakan batu mulia, lalu ditambahkan pada bangunan gereja untuk menambah kesucian dan kemegahannya. Tetapi Allah melindungi rumah Nya dengan mengirim pasukan burung yang berbondong-bondong, setiap burung membawa tiga batu kecil di paruh dan dua kakinya, mereka melempari tentara Abrahah, setiap batu menimpa satu orang dari tentara gajah di atas kepalanya lalu keluar dari duburnya, dan habislah tentara Abrahah selain satu orang saja yang belum mati. 

Ia melarikan diri ke Yaman untuk menceritakan kejadian itu pada orang-orang di Yaman, maka manusia berkeliling di sekitarnya untuk mendengarkan rincian kejadian, dan manusia dalam hal ini antara pro dan kontra, antara percaya dan tidak.

Ketika ia menyampaikan rincian kisah hingga tentang burung, ia menerangkan kepada mereka tentang bentuk dan sifatnya, orang-orang hampir-hampir tidak percaya mengenai burung tersebut, kemudian ia menengadah ke langit, dan bersamaan ia menengadah ke langit rombongan burung yang sama tiba di atasnya, segera ia menunjuk ke arah burung. "Lihatlah, persis seperti burung itu!" tiba-tiba burung itu melempar batu yang jatuh tepat di kepala satu orang tentara Abrahah yang selamat itu, kemudian keluar dari duburnya, dan inilah burung yang berbondong-bondong yang menyusulnya untuk membunuhnya juga lingkaran orang-orang yang mendengarkan kisahnya dari setiap sisi dan penjuru. 

Sehingga tempat ini kemudian di namakan Halaqah, hingga sekarang tempat itu masih ada di tengah-tengah kota Shan'a kuno. Peristiwa ini menjadi akhir bagi tentara Abrahah dengan matinya tentara terakhir yang selamat melarikan diri. 

Sekarang ini, tidak tersisa dari bangunan gereja besar itu selain galian yang dalam yang dikelilingi pagar, tempat ini menjadi terabaikan yang hanya dihuni oleh serangga dan ular. Ketika hujan deras turun, lobang galian bekas gereja ini penuh dengan air, dan tidak beberapa lama kemudian, secara tiba-tiba air yang penuh seperti kolam tersebut tiba-tiba kering, hal ini –yakni peristiwa keringnya air ini– menjadi rahasia selama beberapa lamanya, hingga penduduk sekitar al-Qalis menemukan dua pintu kecil –pintu goa– yang ada dalam tanah, panjang goa ini sekitar 5 km. Dua goa ini masih tetap seperti sedia kala tanpa ada yang mengetahui rahasia keberadaannya.

Demikianlah, al-Qalis masih tetap tersisa menjadi pelajaran bagi umat manusia, serta bahan perenungan akan kekuasaan Allah Al-Khaliq, mahasuci Allah Yang Maha Agung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar